5 KUNCI UNTUK HIDUP DALAM KELIMPAHAN

Posted by Joel Panjaitan Kamis, 25 Oktober 2012 0 komentar
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28)

Tuhan selalu ingin memberkati umat-Nya, baik secara rohani maupun jasmani. Berkat Tuhan atas manusia sudah diberikan sejak hari pertama manusia diciptakan. Ia memberkati supaya manusia beranakcucu, bertambah banyak, dan berkuasa atas seluruh hewan di bumi ini.

Bahkan setelah manusia berdosa sekalipun Allah masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk dapat menikmati berkat dan kebaikan-Nya. (Kejadian 4:1; Matius 5:45)

Terlebih kepada umat-Nya, Ia berjanji untuk memberkati umat-Nya sehingga berkelimpahan dan menjadi berkat.

Janji-janji Tuhan kepada orang yang setia melakukan hukum Taurat-Nya (Ulangan 28:3-6):
 1. Kita akan diberkati saat di dalam rumah, maupun saat keluar rumah.
 2. Pekerjaan kita di rumah maupun di luar rumah akan diberkati
 3. Buah kandungan kita diberkati
 4. Penghasilan/hasil kerja kita diberkati
 5. Harta benda yang bergerak dan tidak bergerak yang kita punya pun diberkati

Bila kita membaca janji Tuhan tersebut maka kita semakin yakin kalau Tuhan memang menghendaki umat-Nya diberkati. Namun Ia tidak mau kalau umat-Nya menjadi tamak bahkan cinta akan uang.(Lukas 12:15; I Timotius 6:10)

Sebagai orang percaya kita meyakini seperti Raja Daud bahwa Tuhan itu adalah gembala yang baik sehingga dalam segala hal kita tidak akan kekurangan.

Namun kita perlu mengetahui kunci yang bisa membuat pintu berkat Tuhan terbuka atas hidup kita:
 1. Menemukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6:31-33)
 2. Dapatkan hikmat, kebijaksanaan dan pengertian (II Tawarikh 1:11-12)
 3. Hidup dalam kerendahan hati dan takut akan TUHAN (Amsal 22:4)
 4. Hidup dalam kesatuan/kerukunan (Mazmur 133)
 5. Menyukai firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam (Mazmur 1:2-3)

Bila kelima kunci ini ada pada kita maka pintu berkat Tuhan dapat kita buka dengan mudahnya, sehingga kita bisa menikmati segala kebajikan Tuhan dan bahkan memberkati orang lain.

"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan."

Baca Selengkapnya ....

MENGHAKIMI CERMINAN DARI SIKAP MENOLAK KASIH KARUNIA

Posted by Joel Panjaitan Rabu, 17 Oktober 2012 0 komentar
Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. (Roma 2:1-8)

Pada saat kita menghakimi orang lain, kita sedang menghakimi diri kita sendiri. Itu artinya disaat kita sedang menghukum orang lain sesungguhnya kita sedang menunjukkan bahwa jiwa kita masih terbelenggu dengan dakwaan dan hukuman karena kesalahan demi kesalahan yang tidak kita akui dan bereskan di hadapan Tuhan dan sesama.

Dengan kata lain kita masih belum memahami kasih Tuhan dan pengorbanan-Nya sehingga kita tidak pernah mengakui, menerima dan mengalami pengampunan dari Tuhan Yesus. Tidaklah heran kita cenderung mencela, marah dan menghakimi orang yang kedapatan berbuat salah menurut ukuran kita.

Padahal jika kita mengakui dosa serta menerima kasih karunia dari Tuhan Yesus kita hidup dalam pengampunan dan mampu untuk melihat orang lain serta dunia seperti Tuhan Yesus melihat.

Untuk menjelaskan hal ini Tuhan Yesus memberikan contoh atau ilustrasi yang sangat lucu di dalam Lukas 6:42. Tuhan Yesus berkata, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu?". Yesus mempertanyakan hal itu karena selumbar adalah benda yang sangat kecil.

Dengan bahasa sehari-hari Yesus memberitahu pada mereka, "Kamu memang sangat jago atau sangat ahli kalau melihat selumbar di mata saudaramu tetapi kamu tidak jago dan tidak mampu melihat balok di matamu sendiri,"

Balok yang dibicarakan ini adalah balok yang biasa dipakai sebagai penyangga atap. Biasanya berasal dari batang utama sebuah pohon yang sisi-sisinya dipotong persegi dan dipasang sebagai tiang utama. Tuhan Yesus gemar memakai kata yang dilebih-lebihkan, sehingga perbedaan yang sangat menyolok itu akan membuat gambaran yang diberikan menjadi sangat jelas. Gambaran seperti itu sangat digemari oleh para kartunis karena sangat mengena dengan pelajaran yang sedang diberikan.

Menghakimi merupakan suatu kewenangan, kewenangan dari penguasa. Seorang hakim akan bertindak sebagai orang yang memiliki kewenangan atas warga sipil. Jika Anda berbuat salah, pemerintah akan memanggil Anda, atau menyeret Anda ke pengadilan, atau jika ada dua orang yang berselisih, mereka membawa persoalan tersebut kepada pihak yang memiliki kewenangan yang lebih tinggi. Hakim merupakan perwujudan dari pihak yang memiliki kewenangan yang lebih tinggi.

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa sikap menghakimi merupakan sumber masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian bukan berarti sebagai orang Kristen kita tidak bisa menegur orang lain yang berbuat salah.

Ketika kita mendapati kesalahan orang atau ketika ada perbedaan antara kita dengan orang lain maka tidaklah salah jika kita bertanya, menegur, atau menasihati orang tersebut secara empat mata dengan cara yang bijak, dan dengan waktu serta kata-kata yang tepat, sehingga membuat orang tersebut sadar dan mau bertobat,

Sebaliknya jika kita menyudutkan orang tersebut dan langsung mencela serta menghakimi (bahkan mempermalukan) dia sebagai orang yang tidak benar maka mustahil ia mau bertobat, justru sebaliknya akan melahirkan kebencian. Itulah sebabnya sebagai orang percaya jangan kita menghakimi orang lain.

Kita boleh saja menilai orang lain dalam rangka belajar atas apa yang orang lain tersebut lakukan - mengambil inspirasi bila itu baik, dan menjauhi bila itu keliru -, tapi tidak seharusnya penilaian itu berkembang menjadi sebuah sikap menghakimi. Bahwa si A pasti salah, bahwa si B pastilah yang menjadi dalangnya.

Kita boleh saja "menilai" bahwa orang lain salah atas dasar kebenaran yang saat ini kita pegang. Tapi akan sungguh naif kalau kita sampai "menghakimi" orang lain, karena hal itu pastilah didasari pada paradigma yang menganggap bahwa diri kita yang paling benar

Tahukah saudara bahwa hanya Roh Kudus satu-satunya pribadi yang dapat menunjukkan apa yang salah sehingga seseorang bisa insaf dan bertobat.

Baca Selengkapnya ....

LAMA KESETIAAN

Posted by Joel Panjaitan Minggu, 14 Oktober 2012 0 komentar
Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. (Matius 24:13)

Berapa lama Allah mengharapkan kita tetap setia? Yesus berkata bahwa kita harus bertahan sampai pada kesudahannya. Kata Yunani untuk kesudahannya adalah Hupomene yang berarti "sampai akhir zaman" atau "sampai menjadi martir".

Menarik untuk dilihat dua makna dari kata asli kesetiaan yang dituliskan di paragraf sebelumnya. Mengapa ? Karena dapat diketahui bahwa Yesus menginginkan umat-Nya setia kepada-Nya tidak hanya sampai kepada akhir zaman, tetapi juga sampai mati sekalipun.

Senior Editor majalah Times Amerika Serikat, Whittaker Chambers, dalam bukunya The Witness, bercerita mengenai keterlibatannya dalam kasus Alger Hiss – pejabat pemerintah Amerika Serikat yang dituduh menjadi mata-mata Rusia pada 1948 dan dijatuhi hukuman pada 1950.

Pada bagian surat yang diberi judul Letters to My Children (Surat-Surat untuk Anak-Anakku), Whittaker menulis, "Pada waktunya …. kalian akan berkata, "Apa pekerjaan ayahku?" Aku akan memberi kalian jawaban: "Aku seorang saksi." Maksudku bukanlah seorang saksi bagi pemerintah atau saksi untuk menentang Alger Hiss dan yang lain-lain. Juga maksudku bukanlah seorang gemuk yang menyendiri yang melangkah dengan susah payah melewati ruangan-ruangan besar di gedung pemerintah untuk membuat pernyataan di hadapan komisi-komisi kongres, juri-juri agung, dewan-dewan pemerintahan, atau sidang-sidang pengadilan. Seseorang menjadi saksi tidak semata-mata untuk menentang sesuatu. Ia itu terjadi hanya kebetulan karena kenyataan bahwa ia menjadi bagi sesuatu. Seorang saksi dalam arti yang kumaksudkan adalah seorang yang hidupnya dan imannya begitu menyatu sehingga ketika tantangan datang untuk maju dan menyatakan imannya, ia melakukannya, tanpa mempedulikan risikonya, dan menerima segala akibatnya."

Sebagai orang Kristen kita harus menjadi saksi bagi Kristus. Kata saksi berakar dalam pengertian mati sebagai seorang martir. Kita harus bertahan dan bersaksi bagi Kristus sampai mati. Beberapa dari Anda pernah setia kepada Kristus, tetapi kini Anda telah meninggalkan Dia. Anda telah berpaling dan undur. Namun ada pengharapan bagi Anda. Anda dapat kembali.

Allah kita adalah Allah yang memberi kesempatan kedua, Anda tidak saja dapat kembali, tetapi Anda harus kembali dan akan kembali jika Anda ingin bahagia dalam hidup Anda.

Kehidupan Petrus mengajarkan kepada kita bahwa seseorang dapat pulih kembali. Ia menyangkal Kristus, tetapi setelah pengakuannya, ia ditugaskan kembali oleh Kristus untuk menjadi rasul.

Anda juga bisa kembali dan akan kembali jika Anda sungguh-sungguh seorang Kristen. Itulah bagian dari penyerahan diri kepada Kristus. Berserah kepada Kristus berarti setia. Jika Anda berlaku setia kepada-Nya sampai kepada kesudahan maka selamat adalah bagian yang pasti Anda terima.

Baca Selengkapnya ....

HAI ORANG KRISTEN TANGGALKAN RASA BERSALAH ANDA !

Posted by Joel Panjaitan 0 komentar
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, (1 Yoh 3:21).

Hal tersulit untuk dilakukan orang Kristen adalah menerima dan berdamai dengan dirinya sendiri. Bagi orang Kristen yang mengaku sudah lahir baru, namun masih bisa berbuat dosa, ternyata sangat sulit menerima kasih dan pengampunan untuk dirinya sendiri, padahal kasih dan pengampunan yang sama telah mereka tawarkan kepada para pendosa yang belum lahir baru.

Bahkan hal ini juga terjadi pada para pendeta, gembala dan penginjil yang memberitakan kabar baik serta mengajarkan bahwa Tuhan Yesus sudah menyelesaikan semua hutang dosa, penyakit dan kutuk. "Tidak ada lagi penghukuman! Semua sudah lunas dibayar Yesus di kayu salib. Anda dapat memiliki kedamaian dan bebas dari perasaan bersalah", seru seorang pendeta.

Namun anehnya mereka semua masih hidup dalam perasaan bersalah dan berusaha membuat diri mereka memiliki damai sejahtera dengan aturan-aturan "kesucian" yang mereka buat atau ciptakan.

Tahukah dampak dari perasaan bersalah yang terjadi pada orang Kristen bila tidak segera dibereskan?

1). Cenderung menghakimi atau menghukum orang (Roma 2:1-3)
Ketika seseorang gagal memenuhi standar atau ukuran yang ia tetapkan atas dirinya, bahkan ia berpikir bahwa ukuran tersebut adalah hal yang menyenangkan TUHAN atau menjadi suatu kebanggaan bagi dirinya, maka orang yang frustasi atau putus asa tersebut sering kali tanpa sadar mencerca atau menghukum dirinya sendiri.

Karena terbiasa mencerca dirinya sendiri atau menghukum dirinya sendiri maka kecenderungan orang Kristen tersebut juga mencerca dan menghukum orang lain yang tidak bisa memenuhi standar atau ukuran yang mereka anggap suatu kebenaran.

Tidaklah heran kita menemukan ada beberapa orang Kristen yang menentang wanita yang merias diri atau mengenakan pakaian minim, atau menghakimi orang yang mengenakan celana jeans jika beribadah atau melayani. Ada juga beberapa orang Kristen yang menganggap sesuatu tabu bila orang Kristen atau hamba Tuhan refreshing ke kolam renang dan mengenakan pakaian bikini.

2). Cenderung membuat hukum atau aturan sebagai tambahan atau alternatif keselamatan (Galatia 2:16; Kolose 2:16-23).

Seseorang yang tidak bisa menerima pengampunan dan penebusan dari Yesus Kristus akan sulit mengerti pemahaman anugerah atau kasih karunia yang diberikan Allah.

Karena itu tidaklah heran banyak orang Kristen yang mulai menyukai dengan aturan-aturan yang terlihat masuk akal untuk membuat dirinya layak diterima Allah dan layak untuk bertemu dengan TUHAN yang maha kudus.

Banyak orang Kristen yang mulai membuat aturan tentang makanan, minuman, pakaian atau pun musik-musik yang dianggap haram atau tidak haram. Ada juga yang anti untuk menyebutkan kata "Allah" dan menggantikan dengan kata "Tuhan" atau "Eloi". Bahkan baru-baru ini ada beberapa orang Kristen yang tidak mau merayakan Natal karena dianggap Tuhan Yesus lahir ke dunia bukan pada tanggal dua puluh lima desember dan budaya natal dianggap budaya dari orang-orang kafir penyembah berhala.

Tahukah Anda bahwa yang dikehendaki Tuhan Yesus adalah belas kasihan dan bukan persembahan (Matius 9:13; Matius 12:7). Yesus datang untuk menyelamatkan banyak orang yang berdosa bukan untuk menghukum atau menghakimi (Lukas 19:10).

Kasih karunia atau anugerah-Nya masih berlaku sampai saat ini, bukan hanya kepada orang yang belum lahir baru namun juga kepada setiap orang yang sudah lahir baru. Ingatlah tulisan Rasul Yohanes; "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)

Baca Selengkapnya ....

KETIKA HATI BENAR, KAKI PUN TANGKAS

Posted by Joel Panjaitan Rabu, 10 Oktober 2012 0 komentar
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." Kejadian 50:20

Thomas Jesserson pernah berkata: "Ketika hati benar, kakipun tangkas." Salah satu penyebab mengapa kita lambat dalam menerapkan kebenaran Firman Tuhan dalam hidup kita adalah sikap hati kita yang tidak benar. Jika hati kita sudah diluruskan, maka kita akan menjadi hamba Tuhan yang cekatan.

Ada berbagai sikap hati yang tidak benar, contohnya : jika Anda tidak mengembalikan uang yang Anda pinjam dari seseorang maka sikap hati Anda tidak benar. Saat Anda iri hati terhadap seseorang, sikap hati Anda sudah tidak lurus. Saat Anda berusaha mengambil keuntungan dari orang lain, sikap hati Anda tidak benar. Setiap harinya, ada banyak hal yang dapat membengkokkan sikap hati kita.

Anda memerlukan campur tangan Tuhan untuk meluruskan sikap hati Anda. Ketika sikap hati Anda salah, maka Anda memandang kehidupan secara manusiawi. Namun ketika sikap hati Anda benar, maka Anda memandang kehidupan dengan cara pandang Allah.

Contoh Alkitab dari seorang yang memiliki sikap hati yang benar adalah teladan kehidupan Yusuf. Sekalipun di jual oleh saudara-saudaranya, Yusuf tetap mengampuni mereka. Sekalipun di fitnah dan harus mendekam belasan tahun di penjara, Yusuf tidak mendendam kepada Potifar dan istrinya. Dia menunjukkan sikap agungnya, karena ia melihat apa yang terjadi dalam hidupnya dari sudut pandang Allah.

Bagaimana agar kita bisa memiliki sikap hati yang benar ini? Tiga hal berikut harus menjadi gaya hidup Anda:

1. Ketika Anda mampu dengan iman, melihat rencana Allah dalam hidup Anda, maka sikap hati Anda menjadi benar. 
Yusuf dapat melihat rencana Allah dengan jelas. Mungkin saat ia di dalam sumur, di penjara dan dilupakan, ia merenungkan setiap hari mimpi yang Tuhan berikan. Ia tahu bahwa pada waktunya Tuhan, ia akan menjadi seorang pemimpin dimana ia dapat menjadi berkat bagi keluarganya.

Sebelum Anda mendapatkan visi yang dari Allah itu, maka sikap hati Anda tidak dapat tertuju kepada Tuhan. Jika hidup Anda terfokus kepada rencana Allah, maka Anda akan membuka hidup Anda sepenuhnya untuk di kuasai dan di arahkan oleh Tuhan. Dengan cara demikian sikap hati Anda akan benar.

2. Ketika Anda mampu dengan iman merasakan tangan Allah bekerja dalam hidup Anda, maka sikap hati Anda akan benar. 
Disetiap waktu hidup Anda akan menyadari bahwa Tuhan memegang kendali atas hidup Anda, bukankah Anda akan terus menaikkan syukur atas hal itu? Ya, menyadari akan keberadaan Allah yang selalu bersama Anda akan memberikan hati yang penuh ucapan syukur. Sikap inilah yang akan menjaga hati Anda.

3. Menerima dengan iman keadaan dan kondisi Anda saat ini sebagai sesuatu yang baik yang telah Tuhan berikan bagi Anda. 
Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, "tetapi Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan." Yusuf menyadari betul bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah atas kehidupannya, bahkan sesuatu yang kelihatannya sangat buruk. Milikilah sikap ini, syukurilah kondisi Anda hari ini apapun yang terjadi.

Tidak masalah kondisi kehidupan Anda saat ini, membosankan atau indah, tidak perlu menunggu hingga kondisi Anda sempurna untuk memiliki sikap hati yang benar. Jadilah seperti Yusuf, baik di dalam sumur ataupun di bangku perdana menteri, sikap hatinya tetap benar.
sumber:  www.jawaban.com

Baca Selengkapnya ....

LUKA YANG TIDAK DAPAT DISEMBUHKAN

Posted by Joel Panjaitan 0 komentar
 "Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua! (Ayub 16:2)

Ketika hati Anda kecewa karena kehilangan orang atau sesuatu yang dicintai, dan ketika banyak hal yang terjadi tidak seperti yang Anda inginkan, atau ketika masalah besar datang tiba-tiba menerpa hidup Anda maka sesungguhnya Anda sedang sangat terluka.

Orang yang sedang mengalami luka hati dan trauma yang mendalam tidak dapat disembuhkan oleh apa pun.


1. Ketika hati Anda sangat terluka maka tidak ada seorang pun di bumi ini yang dapat mengerti dan menyembuhkan Anda.
Ketika seseorang mengalami kecewa atau pun trauma tidak ada seorang pun yang bisa menghalau penderitaan batin tersebut. Tidak ada seorang pun yang bisa melunasi atau mengganti rugi rasa sakit dan trauma tersebut. Mereka tidak dapat memberi jawaban atas semua pertanyaan yang muncul di pikiran Anda.

Baca Selengkapnya ....

TEGAR DIMASA SULIT

Posted by Joel Panjaitan 0 komentar
"Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." (Yohanes 11:32)

Sebagai manusia, kehilangan seseorang yang kita kasihi adalah suatu hal yang sangat menyedihkan. Inilah perasaan Maria dan juga saudarinya, Marta ketika melihat saudara mereka, Lazarus meninggal dunia.

Oleh sebab itu, begitu mereka berdua bertemu dengan Yesus (pada waktu yang berbeda) maka keduanya mengutarakan isi hati yang sama yakni "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati (baca Yohanes 11:21, 32)". Kata sekiranya di dalam kedua ayat ini adalah kata pengandaian yang memberikan penghiburan sesaat namun sia-sia.

Maria dan Martha cenderung melihat terus ke belakang, padahal apa yang sudah terjadi seharusnya biarlah terjadi. Kita jadikan pelajaran yang membuat kita lebih arif dan bijaksana. Pertanyaan mengapa tidak pernah menyelesaikan. Bagaimana kita menghadapinya, apa yang Tuhan rencanakan atau ada maksud di balik semua itu, jauh lebih penting dan berguna daripada Anda bertanya mengapa, mengapa, mengapa, apalagi menyalahkan Tuhan. Saya ingin mengatakan, "God sees the end from the beginning."

Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi untuk kebaikan kita. Kita senang jika sesuatu yang baik, menguntungkan, dan menyenangkan terjadi dalam hidup kita. Tapi kalau sesuatu yang buruk terjadi, kita pasti kecewa. Orang yang baik, taat beribadah, suka berdoa dan membawa Alkitab, hidupnya pun tidak akan lepas dari masalah, kesulitan, krisis, bahkan musibah.

Sudut Pandang Yesus
Ketika sesuatu yang buruk dan tidak menyenangkan terjadi dalam hidup kita, jangan melihat dari sudut pandang Maria dan Marta. Cobalah memandangnya dari sudut pandang Yesus. Maria dan Marta seolah-olah mempersalahkan Tuhan, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." Perhatikan perkataan Yesus kepada Marta, "Saudaramu akan bangkit." Bagi Yesus, kematian bukanlah sesuatu yang besar.

Pernahkah Anda memerhatikan air sabun? Kalau didiamkan saja, air sabun itu akan reda dan tenang tapi kalau Anda menggoncangnya, maka akan mengeluarkan busa. Seringkali kita sendiri yang menggoncang masalah itu sehingga menjadi lebih besar dan menyesakkan.

Yesus mengatakan, "Akulah kebenaran dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." (Yohanes 11:25). Yesus ingin kita memiliki tidak saja ketenangan hati, tetapi kedewasaan iman untuk tidak hanya memandang segala sesuatu yang sulit sebagai sesuatu yang biasa. Tuhan ingin kita berusaha memandangnya dari sudut Tuhan, yaitu dari nilai-nilai rohani. Jika kebanyakan orang memandang kematian sebagai sesuatu yang besar dan menakutkan, bagi Yesus kematian adalah sesuatu yang biasa.

Sebagai orang yang memiliki sudut pandang iman, kita akan melihat kematian adalah kebahagiaan. Kematian merupakan pintu gerbang untuk beralih dari dunia yang sementara dan fana ini ke dunia yang indah dan kekal. Saat anak Tuhan menutup mata di bumi, saat itu juga dia membuka mata di surga. Marilah kita melihat segala sesuatu dari sudut pandang Yesus. Adakah sesuatu yang lebih besar dan menakutkan daripada kematian ?

Tindakan Yesus
Apa tindakan Yesus begitu mengetahui kematian Lazarus? Apakah Dia sekedar menangis? Ada beberapa penafsiran dari ayat tersebut. Yesus menangis karena Dia bersimpati pada keluarga yang selalu menyambut Dia dengan baik. Seorang penafsir lain mengatakan Yesus menangis karena melihat, bukan hanya Maria dan Marta, tapi orang-orang di sekitar mereka menanggapi dari sudut pandang yang salah. Yesus melihat mereka sebagai orang yang percaya pada-Nya, tetapi tidak beriman dengan sungguh-sungguh. Yesus melihat iman mereka yang dangkal.

Sikap mereka menunjukkan seolah-olah tidak ada pengharapan dalam Tuhan. Kalaupun Lazarus tidak dibangkitkan, dia toh memiliki kehidupan yang kekal. Apa pun penafsiran ayat itu, Yesus tidak sekedar bersimpati kemudian tidak melakukan apa-apa. Firman Tuhan selanjutnya mengatakan Yesus pergi ke kubur Lazarus. Ia tidak sekedar melihat kubur Lazarus. Dengan suara-Nya yang berwibawa, Dia memerintahkan, "Lazarus, marilah ke luar!" (Yohanes 11:43). Singkat kisah, Lazarus yang sempat mati itu pun ke luar dari kuburnya dan hidup kembali.

Yesus tidak sekedar bersimpati atau memberikan penilaian, tapi Dia berempati dan bertindak. Kata empati berarti masuk dalam kondisi orang lain dan ikut merasakan apa yang ada dialaminya. Tidak hanya sampai di situ, Yesus menyelesaikan dan membereskannya.

Pribadi yang paling dipercayai adalah Tuhan. Tuhan tidak sekedar bersimpati, bertindak dan menyelesaikan masalah kita. Suami, istri, anak, orangtua, atau teman akrab kita pasti ada batasnya karena manusia dibatasi oleh jarak dan waktu. Namun, Tuhan adalah satu-satunya pribadi yang tidak dibatasi oleh jarak, waktu, dan situasi. Dia Allah yang maha hadir, omni present. Dia hadir di mana saja. Oleh sebab itu, libatkan Dia selalu dalam segala keadaan.

Baca Selengkapnya ....
Template by Berita Update - Trik SEO Terbaru. Original design by Bamz | Copyright of GPdI Maranatha.